NUSASATU, KUTIM – Pembangunan Jembatan Telen yang menghubungkan Desa Juk Ayaq dan Desa Muara Pantun, diperkirakan bakal molor. Penyebabbnya, anggaran yang telah digunakan di tahun lalu, tidak terserap maksimal. “Padahal jembatan itu sangat dibutuhkan untuk membantu masyarakat untuk menunjang aktivitas sehari-hari,” ucap Yan, Ketua Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kutai Timur (Kutim), beberapa Waktu lalu.
Kata Yan, tahun ini sisa anggaran yang sudah ditetapkan melalui skema tahun jamak untuk pembangunan Jembatan Telen sebanyak Rp 56 miliar, tetapi hanya menyisakan Rp 6 miliar.
“Alokasi itu kan sudah tercatat dalam skema dan MoU (Memorandum of Understanding, Red.) yang sudah disepakati antara pemkab (Pemerintah Kabupaten, Red.) dan DPRD. Kalau itu tidak terserap, maka anggaran akan kembali mengalami SILPA (Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, Red.),” urainya.
Jika ingin digunakan lagi anggaranya, jelas Yan, harus dibahas ulang. Tapi pembahasanya harus secara menyeluruh. “Tidak hanya mengenai anggaran yang tahun jamak saja, ini yang jadi masalahnya,” ungkapnya.
Yan meminta, pemkab terus melakukan evaluasi kinerja penyelenggaran dan pelayanan secara konsisten. Hal ini dilakukan agar tahu mana yang menjadi skala prioritasdan dapat rampung dikerjakan. “Lakukan perubahan yang mendasar untuk mencapai sasaran program pembangunan yang sudah ditetapkan. Biar cepat tercapai,” tukasnya.
Sebagai informasi, Jembatan Telen yang berlokasi di atas Sungai Telen, Desa Muara Pantun –Kecamatan Telen– telah dimulai pembangunannya sejak 2019. Namun, lantaran suatu hal, pembangunan jembatan tersebut sempat mangkrak. Hanya terpasang pondasi-pondasinya yang kemudian dilanjutkan di 2023.
Pembangunan Jembatan Telen disebut menghabiskan anggaran sekira Rp 52 miliar. Dengan panjang sekira 100 meter, lebar Jematan Telen direncanakan muat untuk motor, mobil maupun muatan. (sur/adv)



