NUSASATU, KUTIM – Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kutai Timur (Kutim) meminta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutim lebih serius dalam pengembangan budidaya manggot. Pasalnya, langkah ini membantu peningkatan pakan alternatif bagi peternakan maupun perikanan di Kutim.
Sebagai informasi, manggot adalah larva –berupa ulat– dari jenis lalat Black Soldier Fly yang biasa disebut lalat BSF. Larva ini merupakan fase kedua dari proses metamorphosis atau proses perkembangan dari telur menjadi lalat dewasa. Maggot bisa menjadi alternatif pakan yang kaya nutrisi untuk ternak.
Selain itu juga menghasilkan produk sampingan berupa pupa yang dapat dimanfaatkan dalam industri pakan ternak. Di Kutim, maggot saat ini tengah diupayakan Dinas Tanaman Pangan Holtikultura dan Peternakan (DTPHP) Kutim untuk dibudidayakan.
“Saya pikir sepertinya budidaya seperti ini harus dikembangkan jika harganya lebih terjangkau dibanding pakan jagung. Ini adalah alternatif terbaru yang bisa kita coba,” ucap Faizal Rachman, Anggota Komisi B DPRD Kutim, belum lama ini.
Kendati begitu, dia menegaskan, hal ini harus segera dikomunikasikan pemkab engan pelbagai pihak. Sebab, kendala pengembangan budidaya maggot oleh DTPHP Kutim ada di pasokan pakan yang disukai maggot, yaitu solid sawit.
Namun, solid sawit itu banyak dikelola secara mandiri oleh perusahaan, sehingga membutuhkan akses lebih untuk mendapatkannya. Disini, ucap Faizal Rachman, peran pemkab diperlukan. “Saya kira pemkab bisa melakukan kordinasi dengan setiap perusaahaan, sehingga inovasi ini bisa berjalan secara berkesinambungan,” pintanya.
Jika serius, Faizal Rachman menyarankan agar pemkab mengundang semua pimpinan perusahaan sawit dan menghadirkan dinas terkait untuk bersama-sama membangun pakan ternak alternatif itu. Sebab, inovasi dan terobosan seperti ini memerlukan dukungan serius. “Apalagi jika hal seperti ini sudah diriset dengan matang. Maka perlu didukung penuh, mengingat potensinya sangat besar,” tukas Faizal Rachman. (sur/adv)



