Peran Keluarga Penting Cegah Stunting di Kutim
NUSASATU,SANGATTA – Dalam mencegah dan mengatasi stunting, peran keluarga sangat penting. Saat perannya dimaksimalkan, Kutai Timur (Kutim) bisa bebas dari stunting.
Dalam memperingati Hari Keluarga Nasional ke-30, Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kutai Timur (Kutim) mengusung tema “Menuju Keluarga Bebas Stunting Untuk Indonesia Maju”.
Pelaksana Harian Kepala DPPKB Kutim Ronny Bonar, menyebut kegiatan ini sangat penting karena negara sangat mengapresiasi peran penting keluarga dalam membangun sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas.
“Pada tahun ini mengangkat tema Menuju Keluarga Bebas Stunting Untuk Indonesia Maju yang diberikan Bapak Presiden kepada Kepala BKKBN Pusat sebagai ketua pelaksana penurunan percepatan stunting,” bebernya di Ruang Meranti Kantor Bupati Kutim, beberapa waktu lalu.
Untuk mencapai target dalam mengentaskan kondisi stunting yang ada di Kabupaten Kutim. Pihaknya mengajak semua unsur berkolaborasi.
“Serius dan kerja keras dari seluruh pihak, salah satunya adalah melalui kolaborasi di semua sektor sejak dari intervensi hulu dan hilir. Dari delapan aksi yang harus dilaksanakan untuk mencegah stunting salah satunya yakni peran desa,” ungkapnya.
Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman, menegaskan harus berkolaborasi untuk mencegah stunting. Tugas ini, bukan hanya diberikan pada satu lembaga saja, namun kepada semua pihak untuk mencapai tahun emas di 2045.
“Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang memiliki sumber daya manusia yang andal pada tahun 2045. Betapa pentingnya kolaborasi ini dalam rangka kita untuk mencegah lebih awal dan mudah-mudahan pencegahan ini berhasil,” harapnya.
Kepala Perwakilan BKKBN Kaltim Sunarto, menuturkan salah satu mengatasi masalah stunting yakni melalui keluarga. Ia mengatakan dengan melibatkan Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) dan Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) untuk memaksimalkan dalam memanfaatkan media yang ada dalam mensosialisasikan delapan fungsi keluarga.
“Ketika usia perkawinan pertama seorang wanita di bawah 21 tahun, organ dalamnya masih dalam masa pertumbuhan. Ketika masih dalam pertumbuhan kemudian wanita hamil, yang terjadi nutrisi untuk pertumbuhan janinnya itu akan berebut dengan ibunya. Ketika itu terjadi, itulah yang menyebabkan stunting” ungkapnya.
Sunarto mengajak untuk mempersiapkan usia perkawinan sejak dini dan ketika siap secara fisik baru melakukan perkawinan. Kalau sudah menikah pun kemudian hamil harus diperhatikan betul dengan mengunakan aplikasi Elvin Mil Elektronik.
“Mari kita mulai dari mempersiapkan remaja putri siap secara fisik 21 tahun. Kemudian ketika dinyatakan sehat dengan cara menggunakan aplikasi Elvin Mil Elektronik, baru siap melakukan perkawinan,” tambahnya.
Ia memaparkan jarak antara pernikahan, hamil, sampai kepada pola pengasuhan harus diperhatikan dengan baik dan direcanakan secara matang. (wik/adv)



