Menuju Indonesia Emas 2045, Kebugaran Jasmani Pemuda Jadi Krusial
NUSASATU, SAMARINDA – Kepala Bidang Pembudayaan Olahraga, Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kalimantan Timur (Kaltim), AA Bagus Surya Saputra, mengatakan kebugaran jasmani menjadi persoalan krusial dalam menyiapkan generasi emas menuju 20245. Seperti kapasitas kognitif dan intelektual, kebugaran jasmani merupakan intangible asset yang ada pada individu dan merupakan modal yang paling mendasar dari manusia.
“Secara sederhana, kebugaran jasmani adalah kemampuan untuk mengatasi tuntutan hidup rutin dan nonrutin sehari-hari tanpa mengalami kelelahan berlebihan,” katanya.
Kebugaran jasmani, ujar AA Bagus Surya Saputra, diartikan sebagai kemampuan tubuh untuk dapat melakukan tugas secara produktif. Terutama dengan efisien dan berkontribusi terhadap kualitas hidup serta memiliki cukup energi untuk mengatasi tugas yang mendadak.
Makanya, dalam pengukuran kebugaran jasmani yang dilakukan terhadap 1.578 anak usia 10-15 tahun yang tersebar di 34 Provinsi tahun lalu, ditemukan fakta bahwa tingkat kebugaran jasmani anak Indonesia sungguh memprihatinkan.
“Mereka yang memiliki kebugaran jasmani masuk kategori baik atau lebih hanya 6,79 persen. Sementara, anak-anak yang memiliki kebugaran jasmani kategori kurang dan kurang sekali sebanyak 77,12 persen,” ujar AA Bagus Surya Saputra.
Kondisi yang lebih memprihatinkan terjadi pada remaja usia 16-30 tahun. Pengukuran yang dilakukan terhadap 3.820 remaja usia 16-30 tahun yang tersebar di 34 Provinsi tahun lalu menunjukkan bahwa mereka yang memiliki kebugaran jasmani kategori baik/lebih hanya sebesar 5,04 persen.
Sementara itu, remaja yang memiliki kebugaran jasmani kategori kurang dan kurang sekali sebesar 83,55 persen. Seiring waktu, tren penurunan tersebut terus terjadi. “Kondisi yang demikian tentu tidak bisa dibiarkan mengingat 2045 adalah milik mereka. Bagaimana mungkin Indonesia akan mendapatkan bonus demografi jika kondisi fisik mereka sekarang relatif lemah dan rentan terhadap gangguan Kesehatan,” jelas AA Bagus Surya Saputra.
“Tentu kita tidak ingin generasi yang sekarang (anak dan remaja, Red.) pada akhirnya akan menjadi beban bagi bangsa ini di masa depan,” tutupnya. (fai/adv)



