Mengenal IPO, Milestome Kemajuan Olahraga di Kaltim (2-Habis)
Secara umum, Indeks Pembangunan Olahraga (IPO) mengalami penurunan. Apa penyebabnya?
BERDASARKAN hasil analisis data, ditemukan IPO 2023 sebesar 0,327. Skor tersebut masuk kategori rendah dalam skala 0-1 (0-0,499 rendah; 0,500-0,799 menengah; 0,800-1 tinggi). Dari 9 dimensi dalam IPO, indeks Sumber Daya Manusia (SDM), indeks Performa, dan Kebugaran Jasmani capaiannya paling rendah. Sementara itu, indeks Ekonomi, indeks Perkembangan Personal, dan indeks Literasi capaiannya paling tinggi. Dibanding 2022, capaian IPO tahun ini mengalami penurunan sebesar 0,008.
Terkait dengan penurunan capaian pembangunan di 2023, ada tiga dimensi yang mendapatkan perhatian. Yakni indeks Partisipasi, indeks Kebugaran Jasmani, dan indeks Ekonomi. Ketiga indeks tersebut berjalin berkelindan mempengaruhi satu sama lain. Variabel anteseden ada pada tingkat partisipasi. Jika angka partisipasi turun, maka tingkat kebugaran juga akan turun. Menurunnya angka partisipasi juga berdampak pada penurunan ekonomi yang disebabkan oleh aktivitas olahraga.
“Oleh karena itu, peningkatan angka partisipasi masyarakat dalam berolahraga menjadi keniscayaan dalam rangka memperoleh dua manfaat sekaligus, yakni kebugaran jasmani dan perputaran ekonomi olahraga,” ungkap Kepala Bidang Pembudayaan Olahraga, Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kalimantan Timur (Kaltim), AA Bagus Surya Saputra.
Namun, ada fenomena menarik terkait dengan dimensi Performa. Pengukuran dimensi Performa sebagaimana tahun sebelumnya didasarkan pada capaian daerah –dalam hal ini provinsi– dalam prestasi 14 cabang olahraga (cabor) sesuai Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 86 Tahun 2021 tentang Desain Besar Olahraga Nasional (DBON).
Data 2022 yang diambil berdasarkan capaian 14 cabor dalam arena Pekan Olahraga Nasional (PON), tiga peringkat teratas secara berturut-turut ditempati oleh Jawa Barat (Jabar), Jawa Timur (Jatim), dan Jakarta. Sementara itu, data 2023 yang diambil berdasarkan capaian 14 cabor dalam Kejuaraan Nasional (Kejurnas), urutan peringkatnya berubah menjadi Jakarta, Jatim, dan Jabar.
Perubahan yang mencolok terjadi pada Papua. Dari peringkat 4 di PON menjadi peringkat 11 di Kejurnas. “Pergeseran prestasi sejatinya merupakan sesuatu uang wajar, tetapi jika perubahan tersebut signifikan dan terjadi dalam kurun waktu yang singkat tentu menimbulkan pertanyaan,” ucap AA Bagus Surya Saputra.
Kaltim, lanjutnya, termasuk sebagai provinsi yang konsisten menjaga capaiannya bagi Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Sebab selain PON, hasil yang tak jauh berbeda juga terjadi di Kejurnas. “Di peringkat 10 besar, ada 4 daerah yang dianggap capaian prestasinya relatif konsisten. Kaltim salah satunya,” ulas AA Bagus Surya Saputra. “Kemenpora mencermati dinamika yang terjadi selama ini dalam perolehan medali. Makanya Kejurnas dianggap lebih otentik dibandingkan
dengan PON,” timpalnya.
Sebagai informasi, 9 dimensi IPO adalah SDM, Performa, Kebugaran Jasmani, Ruang Terbuka, Partisipasi, Kesehatan, Ekonomi, Perkembangan Personal, dan Literasi Fisik. (fai/adv)



