
Dinsos Kaltim Pertimbangkan Bukit Biru untuk Lokasi Sekolah Rakyat Permanen
NUSASATU, SAMARINDA – Dinas Sosial (Dinsos) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) tengah mematangkan rencana pembangunan fasilitas permanen untuk Sekolah Rakyat. Salah satu lokasi yang kini menjadi pertimbangan utama adalah wilayah Bukit Biru, Kabupaten Kutai Kartanegara, yang telah diusulkan ke kementerian terkait.
Hal tersebut disampaikan langsung Kepala Dinsos Kaltim, Andi Muhammad Ishak. “Lahan yang diusulkan ke kementerian untuk pembangunan Sekolah Rakyat adalah wilayah Bukit Biru, Kutai Kartanegara,” ujarnya beberapa waktu lalu.
Sebelumnya, Wakil Gubernur Kaltim Seno Aji sempat menyebut bahwa lokasi pembangunan permanen sekolah tersebut akan berada di Samboja. Namun, Andi meluruskan informasi tersebut.
“Mungkin waktu itu disebut Samboja, tetapi yang dimaksud sebenarnya adalah daerah Muara Jawa. Memang ada rencana hibah lahan dari masyarakat di sana yang berpotensi dimanfaatkan,” jelasnya.
Dinsos Kaltim, lanjut Andi, akan melakukan pengecekan langsung ke lapangan untuk memastikan kesiapan dan kelayakan lahan. Jika lahan di Muara Jawa dinilai lebih siap dibandingkan Bukit Biru, maka opsi itu bisa menjadi prioritas.
Selain dua wilayah tersebut, sejumlah kabupaten/kota juga telah menyampaikan minat untuk menyediakan lahan, di antaranya Samarinda, Penajam Paser Utara, Berau, dan Bontang. Namun, menurut Andi, kesiapan mereka masih dalam tahap awal.
“Untuk kabupaten/kota lainnya, kami masih menunggu kesiapan mereka,” katanya.
Sesuai arahan Kementerian Sosial RI, lahan yang akan digunakan harus memiliki luas minimal 7–8 hektare dan dalam kondisi siap bangun. Namun, Andi mengakui bahwa mencari lahan dengan kriteria tersebut di Kaltim bukan hal mudah.
“Kondisi geografis Kaltim yang berbukit-bukit dan banyak jurang menjadi tantangan tersendiri. Sulit mencari lahan luas dan datar dengan kemiringan kurang dari 10 derajat, apalagi di wilayah perkotaan,” imbuhnya.
Selain persoalan lahan, tantangan lain adalah perekrutan siswa, terutama di jenjang sekolah dasar. Sebab, konsep Sekolah Rakyat mengharuskan peserta didik tinggal di asrama dan terpisah dari orang tua.
“Ini memerlukan pendekatan khusus agar anak-anak dan orang tua siap secara mental,” tutup Andi.