Dispora Kaltim

Ini Capaian Bidang Pembudayaan Olahraga

NUSASATU, SAMARINDA – Bidang Pembudayaan Olahraga memiliki dua dimensi yang dijadikan indikator kinerja. Yakni tingkat partisipasi dan kebugaran jasmani. Dalam kedua hal tersebut, capaian pada 2023 mengalami penurunan secara nasional.

“Angka partisipasi 2023 sebesar 25,4 persen, menurun 3 persen dibandingkan dengan capaian pada 2022 yang sebesar 28,4 persen,” kata Koordinator Olahraga Pendidikan dan Sentra Olahraga, Bidang Pembudayaan Olahraga, Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kalimantan Timur (Kaltim), Suriani, mengutip laporan Sport Development Index (SDI) 2023.

Ia mengaku, penurunan ini tentu menimbulkan pertanyaan. Padahal sudah ada intervensi kebijakan yang berdampak langsung terhadap peningkatan angka partisipasi. Seperti diketahui, pada 2017 Presiden mengeluarkan Instruksi residen Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat yang kemudian lazim disebut dengan Germas.

Inpres tersebut dimaksudkan sebagai upaya mempercepat dan mensinergikan tindakan promotif dan preventif hidup sehat guna meningkatkan produktivitas penduduk dan menurunkan beban pembiayaan pelayanan kesehatan akibat penyakit. Kebijakan tersebut kemudian diikuti dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga (Permenpora) Nomor 18 Tahun 2017 tentang Gerakan Ayo Olahraga yang bertujuan untuk membudayakan olahraga dan aktivitas fisik menuju terwujudnya masyarakat yang sehat, bugar, dan produktif.

Lalu pada 2023, tepatnya 9 Agustus, diluncurkan kebijakan kejuaraan antar kampung yang lazim dikenal dengan sebutan “Tarkam”. Program tersebut berisi kejuaraan antar desa yang mempertandingkan lima cabang olahraga (cabor). Yakni voli, basket, bulutangkis, lari, dan tenis meja.

“Mengacu laporan SDI 2021, 2022, dan 2023, tampaknya tidak ada dampak yang signifikan dalam rangka meningkatkan angka partisipasi masyarakat dalam berolahraga. Kuat dugaan program semacam itu sifatnya lebih seremonial dan sporadik, kurang memperhatikan aspek keberlanjutan,” ujar Suriani.

“Akibatnya, dampak yang dihasilkan sifatnya sementara, terutama saat kegiatan tersebut diselenggarakan. Selebihnya, kendali atas keberlanjutan program semacam ini tidak mudah untuk dilakukan,” tandasnya. (fai/adv)

Related Articles

Back to top button